Monday, March 5, 2018

Automasi Perpustakaan

Sumber foto: Klik disini
Automasi perpustakaan mulai muncul sejak perkembangan perpustakaan memasuki generasi ke dua, yaitu user centric. Pada generasi ini fokus utamanya ialah pengguna perpustakaan, dengan meningkatkan efektivitas dan efesiensi layanan yang diberikan. Munculnya automasi perpustakaan didasarkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan juga dalam rangka menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang mana pada pasal 14 ayat 3 dinyatakan “Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi”. 

Dikutip dari situs http://epgp.inflibnet.ac.in/, automasi perpustakaan adalah istilah umun dalam tren teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan teknik yang digunakan untuk mengganti sistem manual dalam perpustakaan. Pada perpustakaan Jaman Old semua layanan dilakukan secara manual, seperti; pengolahan bahan pustaka, pembuatan katalog, sirkulasi, dan sebagainya. Tentunya hal ini menyebabkan semua bentuk pelayanan diperpustakaan berjalan lambat. Namun, seiring dengan perkembangan TIK dan diciptakannya berbagai bentuk software untuk automasi perpustakaan, membuat layanan secara manual berangsur terhapuskan. Menurut Arif (2003) cakupan dalam automasi perpustakaan meliputi, pengadaan koleksi, katalogisasi, inventarisasi, Sirkulasi, reserve, inter-library loan, Pengelolaan penerbitan berkala, Penyediaan katalog (OPAC), Pengelolaan keanggotaan. 

Di indonesia sendiri ada banyak software automasi perpustakaan. Contohnya, Integrated Library System (INLIS Lite) yang dikembang oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) sejak tahun 2011. Dengan tujuan menghimpun koleksi nasional dalam jejaring Perpustakaan Digital Nasional Indonesia, disamping membantu upaya pengembangan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi di seluruh Indonesia yang didasarkan pada: 
  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 
  • Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 
  • Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Rekam, (http://inlislite.perpusnas.go.id/). 
Selain itu, software automasi yang juga banyak digunakan oleh perpustakaan di Indonesia ialah Senayan Library Management System (SLiMS). Software ini dikembangkan oleh Senayan Developer Community (SDC), dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakaan automasi perpustakaan di Indoensia. Menurut Muin (2015), dengan adanya SLiMS perpustakaan dapat membangun sistem otomasi dengan anggaran yang minim sekalipun, dikarenakan SLiMS berbasis Free Open Source Software (FOSS), dan terdaftar sudah mencapai 377 perpustakaan di Indnesia dan 10 perpustakaan di luar negeri yang telah menggunakan SLiMS. Dalam perkembangannya, SLiMS juga telah menciptakan Union Catalogue Server (UCS) yang berfungsi untuk menggabungkan katalog antar perpustakaan yang ingin menjalin kerjasama. 

Dalam membangun automasi perpustakaan sebaiknya pihak perpustakaan mempertimbangkan terlebih dahulu software yang akan digunakan, karena software ini merupakan bagian penting dalam membangun automasi perpustakaan. Selain itu, menurut Arif (2003) perlu juga dilihat siapa yang akan menggunakan software tersebut, baik itu pengguna maupun pengelola perpustakaan itu sendiri, hal ini berkaitan dengan kecocokan software automasi dengan orang yang akan memakainya. 

Referensi: 

Arif, I. (2003). Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan. Makalah Seminar dan Workshop Sehari “Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan“ UMM 4 Oktober 2003. 

Muin, M.A. (2015) Information Literacy Skill: Strategi Penelusuran Informasi Online. Alauddin University Press: Makasar. 

Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

http://inlislite.perpusnas.go.id/, diakses pada 05 Maret 2018

Library Automation: An Overview, diakses pada 05 Maret 2018 melalui http://epgp.inflibnet.ac.in/

1 comment:

  1. Yang tidak kalah penting, mau dikembangkan sampai tahap apa? apakah hanya katalog dan layanan terautomasi dengan model Gen User-Centric? Apakah software mampu untuk digunakan sampai tahap apa.

    ReplyDelete